Ramai soal YONO, Mengapa Tren YOLO Mulai Ditinggalkan?

oleh -92 Dilihat
oleh

(Tak Mau Mati) menjadi tren yang dianut oleh banyak orang, terutama para generasi muda.

Filosofi ini mendorong orang untuk hidup tanpa menyesali apa pun dan menghargai momen saat ini sepenuhnya. Salah satu contohnya adalah dengan berbelanja apa yang diinginkannya.

Mereka yang lebih pilih hidup sederhana, bijak, dan berorientasi pada kebutuhan dan bukan keinginan.


Baca juga:

Menurut Psikolog dan Budayawan, Endang Mariani, beberapa hal yang menyebabkan pergantian tren YOLO (You Only Live Once) menjadi YONO (You Only Need Once) adalah

1. Perubahan Nilai Sosial dan Budaya

Perubahan nilai-nilai sosial dan budaya telah menjadi salah satu alasan banyak orang memilih untuk meninggalkan sudut pandang YOLO.

“Pergeseran ini disebabkan oleh meningkatnya kritik terhadap konsumerisme dan hedonisme,” kata Endang kepada laksamana.id, pada Rabu (08/01/2024).

Perspektif YOLO cenderung diasosiasikan dengan gaya hidup yang impulsif, konsumtif, dan fokus pada kesenangan, yang hanya dinikmati pada saat menikmatinya.

“Penganut YOLO berpikir bahwa hidup hanya satu kali dan harus dinikmati sepenuhnya, jadi mengapa sibuk dan susah payah? Jika dia memiliki uang, dia akan membeli apa saja yang dia inginkan,” kata orang-orang dengan pandangan tersebut.

Tapi bagaimana dengan orang-orang yang menganut prinsip YOLO (You Only Live Once), tetapi tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup konsumtif mereka?

“Mereka telah mencari banyak cara untuk menerapkan prinsip tersebut, contohnya dengan menggunakan layanan pinjaman online,” kata Endang.

Dengan adanya kritik dan.Protes terhadap gaya hidup liberal, masyarakat mulai beralih ke konsep gaya hidup YONO yang lebih rasional dan berkelanjutan.

2. Maraknya Arah Gaya Hidup Murni

Karena adanya perubahan nilai-nilai, beberapa budaya dan tren telah muncul dalam masyarakat yang menentang gaya hidup YOLO.


Baca juga:

“Stil hidup minimalis, yang memberikan prioritas kualitas atas kuantitas dan menonjolkan kesederhanaan semakin banyak digandrungi,” imbuhnya.

Masyarakat dihadiahkan tren untuk memilih barang yang sebenarnya memang dibutuhkan, serta dapat bertahan lama, alih-alih memenuhi keinginan sporadis.

”Mulai ada banyak pula yang menganut prinsip Eudaimonisme, di mana seseorang lebih mencari kebahagiaan hidup dengan mengaktualisasikan diri, bukan lagi dengan memanjakan indrawi,” ujarnya lagi.

Menjadi seorang hedon juga bisa sangat mematikan karena banyak hal yang harus dipertahankan. Oleh karena itu, masyarakat mulai meninjau kembali apa yang paling berharga dalam hidup mereka.

“3. Perkembangan ekonomi yang berdampak pada lingkungan.addChild breakdown dalam stack ComVisibleคโน

Kekacauan ekonomi dan peningkatan biaya hidup juga mempengaruhi perubahan gaya hidup masyarakat.

“Mereka merasakan tekanan ekonomi yang lebih berat dan semakin sulit untuk mendapatkan uang,” katanya.

Maka orang-orang mulai berpikir tentang kehidupan sehari-hari dan berusaha menemukan cara untuk menjalani hidup lebih teratur dan efisien.


Baca juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.