Elemen-elemen Penting dalam Pengembangan Diri Menurut Carl Rogers

oleh -27 Dilihat
oleh

Dalam kehidupan seseorang, ternyata ada langkah-langkah yang harus dipenuhi oleh setiap individu untuk menjadi diri sendiri. Satu contoh langkah tersebut adalah penemuan diri. Penemuan diri adalah sebuah proses pembentukan bakat, potensi, perilaku, dan kepribadian yang miliki oleh individu. Pada umumnya, penemuan diri ini biasanya akan berlangsung sejak masa kanak-kanak hingga remaja. Semua bentuk kegiatan yang terjadi dalam proses penemuan diri ini akan dapat dinikmati hasilnya dalam beberapa waktu ke depan.

Selama proses evaluasi diri, seseorang berusaha menyadari diri mereka untuk mengetahui apa yang perlu ditingkatkan di masa depan. Mereka akan melihat sisi positif dan negatif diri sendiri dan melanjutkan untuk memperbaiki aspek negatif. Dalam proses memahami dan mengembangkan diri, tercipta model orang yang menaruh asumsi bahwa seseorang bisa sadar dan masuk akal mengubah pikiran dan perilaku mereka ke arah yang diinginkan. Kesalahan-kesalahan selama proses mengembangkan diri memang hal yang biasa saja karena manusia akan melakukan proses pasa menuju kesempurnaan.

Carl Rogers adalah seorang psikolog Amerika yang memiliki peran penting dalam psikologi humanistik. Ia menekankan pentingnya aspek-aspek penting dalam terciptanya individu. Dalam pendekatannya, ia mengembangkan teknik terapi bernama prinsip terapi berbasis manusia, yang memfokuskan pada individu untuk mencapai kegunaan masyarakat dalam proses ‘diri’. Dalam pikiran Rogers, “diri” adalah elemen esensial yang tidak hanya memperkaya pengalaman perseorangan tetapi juga cara kerja manusia dalam berkembang. Bagi Rogers, ‘diri’ terbentuk dari ide, persepsi, dan nilai-nilai, serta membentuk ciri-ciri yang mencakup kesadaran “apa” pasti saya sekarang” (awareness of being) dan “apa yang bisa saya lakukan” (awareness of function). “Diri” akan menentukan bagaimana seseorang mengalami dan menghadapi dunia serta perilaku yang menempatkannya. Seorang individu dengan konsep diri yang kuat dan positif akan melihat dunia berbeda dengan individu yang memiliki konsep diri lemah dan negatif.

Ya, saya dapat membantu dengan paragraf yang diinginkan. “Konsep ‘diri’ telah terbentuk sejak adolescence dan penuh berkembang dengan kelanjutan waktu. Landasan struktur ‘diri’ terbentuk melalui kontak atau pada interaksi dengan lingkungan di sekitar individu, utamanya herangan lingkungan sosial yang terdiri dari orang tua, anggota keluarga ataupun teman main. Setiapperkembang, akan ada pengetahuan akan ‘diri’ – mengenali dirinya dan kemampuan untuk membuat perbedaan dirinya dengan orang lain, yaitu self image, yaitu suatu gaya pada mana seorang anak memandang dirinya sendiri dan berkembang melalui identifikasi atribut kognitif, afektif, serta perilaku orang-orang yang dekat dengan dirinya. Dengan berkembangnya self image berlanjutlah berkembanglah self concept di mana akhirnya anak tesebut akhirnya akan mempunyai konsep diri yang semakin sedang dan tingkat tinggi ….

Dalam pembentukan citra diri atau konsep diri, tentu saja sudara-sudara dekat yang berada di sekitar sang anak memiliki tanggung jawab yang besar. Sebagai seorang anak, mereka cenderung memperbandingkan apa yang dilakukan oleh orang-orang yang mendampinginya, baik itu perkataan maupun peribadinya. Hal ini terjadi karena anak-anak masih belum memahami nilai-nilai yang benar dan salah. Ayah, ibu, keluarga, dan sosok-sosok lain yang berinteraksi dekat dengan anak harus memberikan contoh perilaku yang baik dan mengajar anak tentang perilaku mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

Terdapat tiga elemen penting yang harus dimiliki oleh seseorang dalam proses pengembangan diri, yaitu:

1. Kebutuhan akan penghargaan positif dalam bidang psikologi yang menunjukkan keinginan seseorang untuk dihargai dan diakui

Dalam proses perkembangan diri, individu, terutama anak-anak, memerlukan banyak pujian atas apa yang telah mereka capai. Menurut Rogers, setiap orang secara alami memiliki keinginan kuat untuk mendapatkan sikap-sikap positif, seperti kehangatan, penghargaan, penghargaan, kasih sayang, dan penerimaan, dari orang-orang terdekat dalam hidup mereka. Pemberian penghargaan positif ini dibagi lagi menjadi dua:

a. Hormat lembut (halus meliputkan seseorang)

Pada tahap ini, anak tersebut melihat bahwa ia hanya dihargai jika ia bisa bertindak sesuai dengan harapan orang lain. Kondisii ini akan menghalangi perkembangan seorang anak untuk menjadi manusia yang berfungsi sempurna. Hal ini terjadi karena anak lebih berusaha mencapai standar orang lain daripada mencari dan memahami jati dirinya yang sebenarnya.

Penghargaan tanpa syarat

Di samping kondisi penghargaan bersyarat, halnya tidak berarti individu kontrak menerima dan memberi penghargaan positif tanpa syarat. Individu masih memiliki kemungkinan untuk diberikan dan menerima penghargaan positif tanpa syarat bagi pengembangan dirinya. Ini berarti individu dapat diterima, dihargai, dan dicintai sebacaya-bacanya, tanpa ada syarat, sebab, selebihnya, atau pengecualian apa pun. Rogers menekankan pentingnya penghargaan positif tanpa syarat sebagai pendekatan ideal bagi mengasuh. Pendekatan ini diharapkan menciptakan atmosfer anak dihargai dan dicintai sebab bakatnya manusia yang berharga. Dengna mendapat cinta tanpa syarat, anak akan mengembangkan penghargaan positif keharunya dan dapat mengembangkan potensinya sepenuhnya.

2. Self-consistency dan self-congruence

Taufan positif tanpa syarat (unconditional positive regards) memberi kontribusi pada konsep “diri” yang nihil persyaratan nilai, kesesuaian (congruence) antara “diri” yang asli dan pengalaman, serta individu tersebut sehat secara psikologis. Menurut Rogers, makin kuat citra “diri” dan ideal “diri” orang, makin kongruen atau konsisten dan makin tinggi rasa harga dirinya. Diagram di bawah ini menunjukkan hubungan tussen aktualisasi diri, pengaruh masyarakat, dan perkembangan diri. Kolom kiri menunjukkan keseimbangan positif, sebuah keadaan ketika individu mengikuti proses internal (aktualisasi, taufan positif, dan perkembangan diri), mereka lebih cenderung mencapai keselarasan dengan “diri nyata”. Sedangkan kolom kanan menunjukkan pengaruh negatif, sebuah keadaan ketika masyarakat menetapkan nilai dari lingkungan dan individu terlalu bergantung pada taufan bersyarat, individu akan menciptakan “diri ideal” yang berbeda dengan “diri nyata”. Artinya, individu tidak bisa menunjukkan diri mereka yang asli karena adanya tuntutan dari orang-orang di sekitarnya. Ketidaksesuaian antara “diri nyata” dan “diri ideal” akan menghasilkan kebutuhan akhlak, yang dapat berkembang menjadi neurosis.

3. Self-actualization

Aktualisasi diri merupakan sebuah proses pembentukan kepribadian seseorang dan pengembangan bakat-bakat atau potensi psikologis yang unik. Kelahiran aktualisasi diri dipengaruhi oleh pengalaman dan pelajaran yang diperoleh selama masa kanak-kanak. Aktualisasi diri akan berkembang seiring perkembangan hidup seseorang. Menurut Rogers, motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Rogers melihat masa lalu mempunyai pengaruh besar dalam membentuk cara seseorang memandang masa kini yang akan mempengaruhi kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi sekarang dan bukan pada masa lalu.

Menurut Rogers, pertumbuhan ideal bukanlah keadaan yang tetap, melainkan proses yang terus-menerus. Seperti kata Rogers, hidup yang seimbang yaitu menurut diri sendiri, suatu saat seseorang tube kenal dengan potensi dirinya secara menyeluruh. Beberapa perluasan dari seseorang yang mengalami kemajuan adalah meningkatnya otonominya, semakin mendalamnya suasana batin yang sesuai dengan perasaannya, meningkatnya kepercayaan terletak pada diri, keempuan seseorang pintar dalam mendengarkan diri pembantu, kreatif, konstruktif, dan mudah dipercayai, serta memiliki hidup yang ingat. Karena itu, dalam pengembangan dirinya, orang dewasa di sekitarnya sangat mendukung untuk selalu mendukung perilaku individu.