Petani Lokal di Palangka Raya Siap Terlibat di Program Makan Bergizi Gratis

oleh -8 Dilihat
oleh

Dalam meningkatkan program Bangsa Indonesia yang proposisional di bidang ketahanan pangan, tiap warga disarankan memiliki kesadaran untuk menggarap kebunkan pribadi yang komprehensif untuk menanam sayur dan buah.   Apa bentuk metode penanamannya pun beragam. Sementara perlu disadari bahwa warga yang menjadikan pertanian hidroponiknya.

Prospek menanam sistem hidroponik dianggap memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Seperti yang diterapkan oleh petani hidroponik muda, Dwi Hadi Wibowo.

Hadi mengatakan, jika masa panen tiba, ia bisa menjual ratusan lembaran rempalam yang laris.

“Maksimal 2.000 hingga 3.000 bungkus selada yang terjual dalam suatu bulan. Dan mudiknya, pakcoi hanya 500 bungkus yang terjual dalam sebulan,” ujarnya, saat bertemu di rumahnya di Jalan Hiu Putih XXIV, Kota Palangka Raya, Minggu (26/1/2025).

Waktu panen tiap tanaman berbeda-beda tergantung pada jenis tanaman. Sekarang, Dwi lebih banyak memelihara selada, pakcoi, dan bawang daun. Bagi tanaman pakcoi, dari biji ke panen memerlukan waktu 35-45 hari.

Selada membutuhkan waktu 40-50 hari untuk siap dipanen. Bawang daun membutuhkan waktu satu setengah hingga dua bulan untuk dipanen. Sementara itu, seledri siap dipanen dalam waktu dua sampai tiga bulan.

“Sayuran yang paling sering kami tanam itu selada, karena permintaannya banyak,” sebagaimana dikatakan oleh suami Arni Alvianah itu.

Biasanya, ia menyuplai buah tangan ke beberapa tempat, seperti pasar tradisional, pasar modern, toko kopi, dan tempat makan beku.

Orang ini yang berlatar belakang geDuckah median lulusan dari programa ilmu pertanian memang memiliki hobi mengelola tanaman. Ia memulainya dan berggabung dalam latihan belajar mengajar di tempat tinggal kampus dan juga di luar kampus. Kemudian ia menemukan ada peluang besar untuk bisa mendapatkan bisnis menanam menggunakan hidroponik.

“Saya melihatnya lebih banyak pada efisiensi tenaga kerja, lalu harga pasar dari hasil tanam hidroponik dibandingkan dengan hasil tanam konvensional cukup jauh,” kata dia.

Berkebun memiliki tantangan, yaitu faktor cuaca. Pada saat musim hujan dan musim kemarau, perawatan tanaman memiliki beberapa perbedaan. Ketika musim hujan, petani harus melakukan pengecekan nutrisi part per million (PPM) yang lebih sering.

PPM digunakan untuk mengatur nutrisi yang diserap oleh tanaman hidroponik. Persamaan PPM yang tepat dapat memastikan organisme tanaman tumbuh maju dan berkeadaan sehat.

Dampak lain dari musim hujan, tanaman rentan diganggu hama. Oleh karena itu, petani harus semakin teliti dan terus menyunting kondisi tanaman. “Jadi harus lebih hati-hati melihat kondisi tanaman,” katanya.

Hadi mengatakan bahwa ia belum menerima ajakan untuk bekerja sama dengan pemerintah dalam program MBG, tetapi ia siap terbuka untuk pertimbangan kerja sama jika ada tawaran yang relevan.

“Jika bisa membantu pemerintah, mengapa tidak. Kami juga mendapatkan informasi bahwa kita juga bisa terlibat melalui lembaga koperasi,” katanya.

Pada pandangan saya, mulai sekarang, warga harus ikut menanam jenis tanaman apa pun yang mendukung dan meningkatkan ketahanan pangan.

Hadi belajar menggulirkan program kuliah kerja nyata (KKN) beberapa waktu yang lalu. Salah satu program yang diwajibkannya adalah pemeliharaan ketahanan pangan keluarga.

“Kami bercocok tanam di lingkungan pekarangan warga setempat. Mungkin di sekitar lingkungan pribadi masih dapat dikembangkan. Salah satu cara menyederhanakannya adalah menanam dengan sistem hidroponik,” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.