Gakoptindo Komitmen Suplai Tempe-Tahu untuk Makan Bergizi Gratis

oleh -36 Dilihat
oleh

– Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) berjanji untuk menyediakan tempe dan tahu untuk programGratis Sahur (Makanan Gratis Pagi).

Hal tersebut disebutkan setelah mengunjungi Rumah Tempe Gakoptindo di Bogor, Jawa Barat, pada Rabu (15/1/2025).

“Usaha maknyukun memaham gak informasi ini kami untuk people menggunakan tempat sumaconto. Dengan diskon laba 30% on Delima untuk pertama yang pembelian design tai,” ujar Budi Arie.

Kementerian Koperasi akan berusaha membantu Gakoptindo untuk menandatangani nota kesepahaman atau MoU dengan Badan Bina Marga Nasional.


Baca juga:

“Nanti kami ajak Gakoptindo bertemu dengan Pak Dadan Hindayana (Kepala Badan Gizi Nasional),” ujar Budi Arie.

Budi Arie mengatakan, konsumsi tahu dan tempe di Indonesia cukup tinggi, yaitu sekitar 15 kilogram per orang per tahun.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, rata-rata penggunaan makanan tempe per orang per tahun mencapai 7,3 kilogram.

Sedangkan konsumsi tahu per orang per tahun mencapai 7,7 kilogram. Atas dasar ini, Kemenkop mendorong Gakoptindo untuk berpartisipasi dalam program makanan bergizi gratis.

Bisnis bihun-tempe di Indonesia mampu mencapai Rp 75 triliun dan dapat menciptakan lapangan kerja bagi 600 ribu perajin. Ini merupakan potensi ekonomi yang luar biasa yang perlu terus dikembangkan,” kata Budi Arie.

Sekretaris Jenderal Gakoptindo, Hugo Siswaya, berharap untuk mendapatkan dukungan dari pemerintah, terutama dari Kementerian Koperasi, yang mana Gakoptindo berharap dapat mengkomunikasikan keinginannya menjadi penyedia utama program makanan bergizi gratis. “Harap tempe dan tahu dapat menjadi pilihan utama pada program MBG karena kandungan gizinya yang sangat luar biasa. Gakoptindo ingin para pengrajin tempe dapat mendukung program ini, terutama untuk memenuhi kebutuhan dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG),” kata Hugo.


Baca juga:

Namun, pasokan atau ketersediaan kedelai masih menjadi tantangan. Karena, Indonesia masih mengimpor kedelai yang digunakan untuk membuat tahu dan tempe.

Data BPS selama lima tahun terakhir (2019-2023) menunjukkan bahwa impor kedelai senantiasa mencapai dua juta ton sebagai target minimal setiap tahun.

Pasokan dan kelangkaan kedelai menyebabkan harga tahu dan tempe fluktuatif. “Jika telah menandatangani kontrak dengan Badan Gizi Nasional, kemungkinan kedelai akan langka,” kata Hugo.

Budi Arie, Ketua Badan Koordinasi Kementerian-Kementerian terkait kehutanan, menerima bahwa permasalahan pasokan kedelai adalah tanpa cela dalam beberapa waktu ini. “Memang ada tantangan untuk kita. Saya selalu mengatakan, pada banyak diskusi mengenai tempe, pada rantai pasokan, kunci utama adalah masyarakat harus mendapatkan keuntungan. Konsumen tidak boleh mengalami kerugian. Pekerja kreatif juga tidak boleh mengalami kerugian,” ujar Budi Arie.


Baca juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.