– Ambisi Amerika Serikat (AS) untuk merebut posisi dominan di pasar Teknologi Intelektual Buatan (AI) mendapatkan tantangan berat dari China. Penantang tersebut dilakukan oleh DeepSeek dengan rilis model AI terbaru mereka.
Deepseek adalah sebuah perusahaan AI asal Cina yang secara teknis telah memperkenalkan model AI pertamanya pada tahun 2023. Model AI Deepseek terus berkembang dan baru-baru ini, perusahaan telah meluncurkan pengembangan DeepSeek R-1 yang menggunakan teknologi pemodelan bahasa besar (LLM) DeepSeek V3.
DeepSeek R-1 merupakan chatbot AI yang dapat memproses perangkat keras yang dapat menanggapi berbagai pertanyaan atau perintah pengguna. Disiarkan perdana pada 20 Januari lalu, DeepSeek langsung mendapatkan perhatian dari publik.
DeepSeek menjadi pesaing kuat untuk model-model AI lain yang dikembangkan di Amerika Serikat, seperti ChatGGPT dari OpenAI, Claude AI dari Anthropic, Llama dari Meta, atau Gemini dari Google.
Selain itu, keberadaan DeepSeek seperti juga melawan ambisi Amerika untuk memonopoli pasar kecerdasan buatan. DeepSeek dapat “menembus” hambatan yang dibuat Amerika untuk memonopoli pasar kecerdasan buatan.
Baca juga:
apa yang menyebabkan DeepSeek menjadi ancaman bagi Amerika Serikat?
Kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI) terus berkembang pesat, terutama jenis model AI yang dapat menciptakan konten, atau yang dikenal sebagai AI generatif, sejak peluncuran ChatGPT dari OpenAI pada akhir tahun 2022. Sejak itu, banyak perusahaan pemain besar dalam bidang teknologi menerbitkan model AI sendiri.
Dalam perkembangan ini, banyak model AI yang sukses dikembangkan oleh perusahaan teknologi Amerika Serikat dan mendominasi pasar. Salah satu model AI paling populer yang dibuat oleh OpenAI adalah ChatGPT.
Selain Google Assistant, ada juga Gemini dari Google dan LLaMA dari Meta yang baru-baru ini telah terintegrasi ke dalam media sosial seperti WhatsApp dan Instagram. Model-model AI ini secara minimal paling populer di pasar AS.
Dikutip dari First Page Sage, laporan pangsa pasar generatif AI di Amerika Serikat pada 21 Januari 2025, mengungkapkan bahwa tidak ada perusahaan di luar Amerika Serikat yang mendominasi pangsa pasar generatif AI di Amerika Serikat.
Baca juga:
Dalam laporan tersebut, ChatGPT mendominasikan pangsa pasar 59,05 persen. Pada urutan kedua, ada Copilot dari Microsoft dengan 14,30 persen. Kemudian, urutan ketiga dan keempat diisi Gemini dari Google dengan 13,40 persen dan Perplexity dengan 6 persen.
Namun, kekuasaan tersebut dilawan oleh DeepSeek. Pada hari ini, Selasa (28/1/2025), di toko aplikasi Apple, DeepSeek berhasil menyandang peringkat satu di daftar aplikasi produktivitas.
Dalam daftar tersebut, peringkat DeepSeek sangat jauh melebihi Gonggong ChatGPT pada ranking kedelapan. Hal ini karena kinerja luar biasa dari DeepSeek R-1 dan DeepSeek V-3.
Model AI DeepSeek menurutnya lebih unggul daripada model AI buatan Open AI yang terbaru, yaitu OpenAI o1. Selain itu, menurut data di platform benchmark model AI, DeepSeek memiliki nilai yang lebih tinggi dibanding model buatan perusahaan AS.
Pada benchmark uji coba pemahaman konteks (DROP, 3-shot F1), misalnya, DeepSeek V3 memiliki skor 91,6 poin, yang jauh lebih tinggi dari Llama 3.1, Claude 3.5, dan GPT-4 yang masing-masing mengklaim memiliki skor 88,7, 88,3, dan 83,7 poin.
Lalu, untuk menyelesaikan soal matematika tingkat internasional, seperti AIME 2024, MATH-500, serta CNMO 2024, DeepSeek V3 memiliki skorperforma masing-masing benchmark mencapai 39,2, 90,2, dan 43,2 poin.
Dalam benchmark yang sama, Llama 3.1, Claude-3.5, dan GPT-4 masing-masing mencapai skor 23,3, 16,0, dan 9,3 poin di tes AIME 2024; 73,8, 78,3, dan 74,6 poin di tes MATH-500; serta 6,8, 13,1, dan 10,8 poin di tes CNMO 2024.
Baca juga:
Selain memiliki kemampuan lebih baik dari pada teknologi sebelumnya, DeepSeek ternyata juga dikembangkan dengan biaya yang lebih rendah karena dinormalkan oleh regulasi AS yang mendominasi pengembangan AI.
Pada akhir bulan Januari, pemerintah Amerika Serikat mengeluarkan peraturan baru untuk meningkatkan pengawasan ekspor chip AI (Analisis Intelektual) yang diproduksi oleh beberapa perusahaan besar di Amerika Serikat, termasuk Nvidia dan AMD, ke pasar internasional.
Aturan ini bertujuan untuk mengendalikan distribusi teknologi intelektual canggih dari Amerika Serikat menuju pasar global (terutama di luar negara sekutu dan pendukung Amerika Serikat) serta mempertahankan kekuasaan Amerika Serikat dalam kontestasi intelektual global.
Aturan ini meluruskan proses izin ekspor, menutup celah lalu lintas ilegal, dan merumuskan standar keamanan baru untuk menghentikan teknologi canggih agar tidak jatuh ke tangan yang sesat.
Selanjutnya, peraturan baru ini menguatkan pengamanan ekspor chip AI ke negara-negara yang dianggap menyatakan ancaman terhadap keamanan nasional AS, seperti China, Rusia, Iran, dan Korea Utara. Peraturan ini menunjukkan Ambisi AS untuk memonopoli pasar AI.
Dengan aturan ini, China tidak bisa mengakses teknologi GPU AI canggih dari perusahaan AS seperti Nvidia H100, chip Nvidia yang baru saja dirilis. Meski demikian, China berhasil melewati tantangan yang dibuat AS dan mengembangkan model AI yang memiliki kemampuan yang baik.
Baca juga:
Rilis dari China, DeepSeek lebih mudah berkembang menggunakan chip AI “seadanya”. Menurut DeepSeek, model AI mereka hanya digunakan dalam waktu dua bulan dan menghabiskan sekitar 6 juta dolar AS (sekitar 97 miliar rupiah).
Selama pengembangan, DeepSeek ditemukan terintegrasi dengan chip Nvidia H800 yang memiliki kinerja yang bisa dikatakan lebih rendah beberapa aspek dibandingkan dengan mesin Nvidia H100.
Biaya pengembangan model AI DeepSeek ternyata jauh lebih rendah dari biaya pembangunan GPT-4. Menurut laporan dari TeamGPT, model AI tersebut dibuat dengan dana mencapai 63 juta dollar AS (sekitar 1 triliun rupiah).
Rintangan yang dijebol Amerika Serikat (AS) atas distribusi chip AI tidak memiliki dampak apa-apa terhadap pengembangan model inteligensi buatan (AI) di Tiongkok. Perusahaan Tiongkok berhasil menggali peluang ini untuk menghasilkan model AI dengan biaya operasional yang lebih rendah.
DeepSeek mampu membahayakan ambisi Amerika Serikat (AS) untuk mengendalikan kompetisi kecerdasan buatan (AI). Kemampuan DeepSeek yang dapat mengalahkan model AI yang dibuat oleh perusahaan AS dengan biaya yang lebih efisien membuatnya menjadi ancaman serius bagi AS.
Baca juga:
Alarm bagi AS
DeepSeek tampaknya telah menimbulkan peringatan bagi Amerika Serikat bahwa dominasinya tidak akan bertahan lama. Kehadiran model AI terbaru DeepSek pada 20 Januari lalu telah mempengaruhi indeks saham, terutama saham perusahaan teknologi Amerika.
Keesokan harinya (29/1/2025), pasar saham perusahaan teknologi Amerika Serikat mengalami penurunan pembatasan. Saham perusahaan teknologi Airbnb Coin (ABNB) mengalami tiga kali lipat lipat penurunan pembatasan dalam tiga hari terakhir.
Hingga kini, jumlah yang disebutkan itu mencatatkan kerugiannya terbesar paling banyak yang pernah dialami oleh sebuah saham dalam satu hari. Pencatatan sebelumnya dimiliki Meta tiga tahun yang lalu saat kerugian nilai pasar hingga sekitar $240 miliar juga tercatat.
Perusahaan seperti Meta (META), Alphabet (GOOGL), induk perusahaan Google, dan Oracle (ORCL) turun tajam. Selain itu, saham-saham lainnya seperti Vertiv, Constellation, NuScale, dan perusahaan pusat data lainnya juga anjlok.
Analis investasi di lembaga keuangan Truist, Keith Lerner mengatakan, akibat adanya DeepSeek, pasar saat ini mulai menanyakan kemampuan perusahaan-perusahaan AS di bidang teknologi AI, yang selama ini selalu dipandang sebagai contoh unggul.
“Rilis model DeepSeek membuat para investor bertanya-tanya apakah perusahaan AS ini memiliki kelebihan kompetitif dan berapa banyak biaya yang dikeluarkan serta apakah pengeluaran tersebut akan menghasilkan laba (atau bukan pengeluaran yang berlebihan),” kata Lerner, dikutip dari CNN Business.
Sementara itu, menurut kepala strategi investasi di Saxo, Charu Chanana, dengan teknologi yang lebih efektif, DeepSeek yang mulai berkembang memiliki kemungkinan besar untuk menarik minat investor karena tampak menawarkan pertumbuhan yang cerah.
Invasi DeepSeek ini membawa kekhawatiran bagi AS, tidak hanya dari sisi perekonomian, tetapi juga dari sisi perkembangan Teknologi Perangkat Lunak. Pimpinan Microsoft, Satya Nadella mengatakan, perusahaan AS, khususnya yang berfokus pada bidang Teknologi Perangkat Lunak, harus berhati-hati dengan langkah dan perkembangan DeepSeek dan Teknologi Perangkat Lunak China lainnya.
, Senin (27/1/2025).
Nadella menegaskan bahwa kita harus waspada terhadap kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI) Cina di masa depan.
Menurut Business Insider, perusahaan media sosial yang juga mengembangkan model AI Llama, Meta, khawatir dengan kehadiran DeepMind merekam. Meta bahkan dikabarkan telah menyiapkan rencana untuk menganalisis teknologi yang digunakan oleh DeepMind.
Meta disebutkan ingin mengetahui bagaimana teknologi DeepSeek dapat mengurangi biaya pengembangan. Mereka juga ingin mengetahui data apa yang digunakan untuk mengembangkan model AI DeepSeek.
Dari tanggapan di pasar dan perusahaan teknologi, DeepSeek terlihat aktualnya bukanlah model AI yang bisa dilewatkan begitu saja. DeepSeek nyata menjadi ancaman bagi AS karena biayanya untuk pengembangannya jauh lebih rendah dengan kinerja yang lebih unggul.
ini.
Baca juga:
Anda harus menginstal aplikasi Whatsapp terlebih dahulu di ponsel Anda.