Sharenting atau Oversharing?

oleh -3 Dilihat
oleh

Sharenting adalah istilah yang berasal dari penggabungan kata “sharing” dan “parenting”, merujuk pada praktik orang tua membagikan informasi tentang anak-anak mereka di media sosial. Hal ini bisa mencakup foto, video, dan cerita tentang si anak. Sharenting yang terlalu berlebihan, disebut sebagai oversharing, terjadi jika orang tua terlalu banyak membagikan informasi tentang anak mereka di media sosial.

Belum lama ini, umum terdengar tentang fenomena sharenting yang makin populer, terutama di kalangan orang tua yang tumbuh di era digital. Mereka sudah terbiasa untuk berbagi momen-momen penting tentang anak-anak mereka di media sosial. Gangguan tentang sharenting saat ini cukup kompleks dan sering kali menimbulkan kelebihan dan kekurangan karena beberapa sudut pandang yang berbeda tentang hal ini.

Ada beberapa orang tua yang melihat sharenting (memposting keseharian anak di media sosial) sebagai simbol kebahagiaan dan kebanggaan mereka karena mereka ingin berbagi momen spesial anak dengan teman dan keluarga di media sosial. Dengan berbagi momen di media sosial, orang tua dapat tetap terhubung dengan keluarga dan teman yang jauh, sehingga mereka dapat melihat perkembangan anak secara up to date. Bisa juga, mereka menemukan komunitas dan mendapatkan dukungan dari orang tua lain yang mengalami tantangan serupa dalam mendidik anak.

Sesungguhnya, bahaya perilaku Sharenting seringkali dilakukan dengan niat baik untuk berbagi momen kebahagiaan, namun ada beberapa hal yang patut dipertimbangkan dengan cermat.

Privasi. Memberikan informasi pribadi anak tanpa izin mereka, dapat melanggar hak pribadi anak dan membahayakan keselamatannya.Jejak digital. Konten yang dibagikan di media sosial menciptakan jejak digital anak-anak yang dapat mempengaruhi mereka di masa depan, seperti saat mencari pekerjaan atau dalam kehidupan sosial mereka. Bahkan dapat berujung pada eksploitasi orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan menjadi bahan bullying di kalangan teman-teman sebayanya.

Banyak orang tua juga terlibat dalam praktik sharenting, di mana mereka membagikan informasi pribadi anak-anaknya, seperti foto, video, lokasi, atau cerita peribadi, secara terbuka dan tanpa mempertimbangkan konsekuensi lawas yang mungkin dialami anak tersebut. Akibatnya, lokalisasi seperti ini sering kali menyebabkan kemunculan berbagai persoalan serius terkait perlindungan hak-hak anak, terutama dalam konteks hukum perlindungan anak yang diatur oleh UU Nomor 23 Tahun 2002.

Jika tetap ingin melaksanakan pengunggahan foto keluarga, ada beberapa langkah yang aman untuk dilakukan secara selektif tanpa membagikan terlalu banyak informasi.

Jaga Privasi Anak.Anggaplah penting untuk selalu menganut prinsip menghormati hak privasi anaknya. Hindari membagikan informasi yang bisa mengidentifikasi anaknya, agar bisa menghilangkan potensi keamanan di masa depan.Dapatkan persetujuan anak, jika anak sudah dewasa. Sebelum memublikasi sesuatu tentang anak, diskusikan dan pertimbangkan dengan anak. Ini juga bisa jadi kesempatan untuk mengajari anak untuk memahami pentingnya menjaga privasi dan memberhentikan atau menerima persetujuan. Pertimbangkan konsekuensi yang panjang.Pertimbangkan bagaimana konten yang akan dibagikan saat ini untuk dilihat di masa depan, serta apakah anak akan merasa nyaman jika hal tersebut dibagikan kepada publikettingkan.. Batasi konten publik hanya untuk dilihat orang-orang kecil atau ubah akun menjadi pribadi, sehingga hanya orang-orang tertentu yang bisa mengaksesnya.chemist. Memilih timeout waktu. Memilih momen atau info yang hanya bisa dipilih oleh orang tertentu.

Selain mengunggah foto, jangan lupa juga untuk bertanya pada diri sendiri, “Apakah ini perlu?” dan “Apakah ini harus?” Berilah perhatian lebih dalam pada motivasi Anda, jika tujuan adalah hanya untuk menunjukkan, mungkin lebih baik Anda melewatkannya saja. Sebaiknya, berhati-hati untuk menentukan foto mana yang layak untuk dibagikan.

Berikut beberapa alternatif untuk mengabadikan momen anak Anda dengan lebih aman. Salah satu cara adalah mengambil foto anak Anda dan menyimpannya. Namun, jika mengabdikan foto terasa ribet, Anda bisa membuat alamat email khusus untuk anak Anda. Jika email juga dirasa tidak praktis, Anda bisa membuat akun media sosial khusus untuk anak Anda, tapi pastikan untuk mengatur privasi akun tersebut. Dengan demikian, Anda dapat berbagi foto atau cerita tentang anak Anda secara pribadi atau langsung saat momen penting diabbleikan. Jika Anda khawatir foto itu akan terekam di media publik, maka dengan menguploadnya di akun media sosial pribadi, Anda dapat menenangkan diri. Sama halnya, Anda memanfaatkan email atau akun media sosial untuk bercerita atau menceriterakan kisah lucu anak Anda. DISKAUN KELEBIHAN dari tips seopcion yang positir diatas adalah Anda bisa manfaatkan akun tersebut sebagai benda untuk diberikan anak ketika alnya meminta remaja atau dewasa, *TOP

Mengabadikan momen anak bisa sangat menyenangkan, tetapi harus lebih baik jika kita menjaga keamanan dan privasi anak agar lebih baik.